Thursday, February 19, 2009

Seekor Burung Pelit

Suatu ketika, ada seekor burung yang selalu terbang berputar-putar di atas kebun jeruk di suatu kota di negara India. Setiap kali burung tersebut melihat seseorang memetik jeruk, dia akan berteriak-teriak.

Kebun jeruk itu terletak di pinggiran kota di India. Buah jeruknya sangatlah manis dan daunnya dapat dijadikan obat batuk. Oleh sebab itu, ketika musim panen tiba dan buahnya telah matang, banyak orang datang dari kota untuk memetik buah dan daunnya.

Pada suatu tahun, lebih banyak orang dari biasanya datang untuk memetik jeruk. Si burung terbang berputar-putar, berteriak dan menjerit-jerit. Tapi setiap orang sudah terbiasa dan tidak menghiraukan jeritan panik dari si burung. Mereka terus melanjutkan memetik buah, dan si burung terus berteriak-teriak. Akhirnya si burung batuk mengeluarkan darah dan mati.


Serombongan Bhikkhu mendengar cerita tentang burung tersebut dan bertanya kepada Sang Buddha mengapa burung itu berlaku demikian.
Sang Buddha berkata bahwa tingkah lai burung itu berasal dari sifat pelitnya di masa lalu.

Lama sebelumnya, hidup seorang pemuda yang mendapatkan warisan besar dari kedua orang tuanya ketika mereka meninggal dunia. Setiap hari dia menghitung uangnya dan selalu berharap dia mendapatkan lebih lagi. Dalam perhitungannya, dia bahkan menghitung hasil dari panen di masa datang dari kebun dan tanah pertaniannya.

Pemuda itu percaya bahwa makin banyak orang di keluarganya, akan makin banyak hartanya yang digunakan, maka dari itu dia tidak pernah menikah atau punya anak dan dia memecat semua pelayannya.

Ketika dia meninggal, hartanya disita oleh bendahara negara karena dia tidka mempunyai ahli waris. Orang yang malang tersebut akhirnya terlahir kembali sebagai seekor burung. Burung tersebut mewarisi sidat pelitnya dari kehidupannya yang lalu dan masih beranggapah bahwa kebun jeruk itu masih miliknya.

Itulah sebabnya mengapa dia tidak dapat melihat orang memetiki buahnya dan selalu berteriak, "Itu milikku!" sampai akhir hayatnya.

Sifat kikir hanya akan menyebabkan kekhawatiran. Apabila engkau ingin memperbaiki dirimu dan melatih diri, pertama-tama engkau harus membantu orang lain dengan cinta kasih. Berikan cinta dan engkau akan menuai berkah. Lepaskanlah apa yang engkau ingin pertahankan dan kebijaksanaan akab bertumbuh.

Dikutip dari : "Berita Tzu Chi edisi April 2002"








No comments:

Post a Comment